Dalam Islam, banyak sekali mazhab yang diakui sebagai metode dalam memahami hukum-hukum Islam. Mazhab Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hanbali di antara mazhab dalam Islam yang masih banyak dianut oleh ummat Islam. Keempat mazhab tersebut sering disebut empat mazhab karena banyaknya pengikut keempat mazhab tersebut dari kalangan umat Islam. Empat mazhab ini adalah mazhab yang diakui, diterima dan sama-sama ahlussunnah wal jama’ah. Sekalipun perbedaan pendapat tidak bisa dihindari dalam memahami beberapa masalah cabang hukum, tapi meraka tidak berselisih dalam masalah prinsip-prinsip dasar Islam. Di sisi lain, mereka pun sepakat menjadikan al-Qur’an, as-Sunnah dan Ijma’ sebagai sumber hukum utama dalam menetapkan hukum.
Selain empat mazhab yang telah disebutkan, adapula mazhab lain yang masih diakui dalam Islam, seperti Mazhab Zaidiyyah, al-Auza’i, Sufyan ats-Tsauri, al-Laits bin Sa’ad, Dawud ad-Dzahiri, Ibnu Jarir at-Thobari, dan Ja’far as-Shodiq rahimahumullah. Hanya saja Mazhab Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hanbali banyak dianut oleh ummat Islam dan kitab-kitab fikihnya masih eksis dikaji oleh ummat Islam.
Di antara mazhab yang tercatat dalam sejarah Islam yang telah disebutkan adalah Mazhab Ja’fari. Penisbatan Mazhab Ja’fari ditujukan kepada tokoh Islam dari kalangan Ahlul bait. Beliau adalah ImamJa’far as-Shodiq bin Muhammad bin Ali bin Husain bin Ali bin Abi Thalib radhiallahu anhu. Ibu Imam Ja’far as-Shodiq adalah Ummu Farwah binti al-Qasim bin Muhammad bin Abu Bakar at-Taimiy. Ibu dari Ummu Farwah adalah Asma binti Abdurrahman bin Abu Bakar as-Shidiq radhiallahu anhu. Jadi, dari sililah nasab Imam Ja’far as-Shodiq, diketahui bahwa beliau adalah keturunan Ali bin Abi Thalib radhiallahu anhu dari jalur bapak dan keturunan Abu Bakar as-Shiddiq radhiallahu anhu dari jalur ibu.

Imam ad-Dzahabi rahimahullah menerangkan dalam kitab Siyar A’lam an-Nubala bahwa beliau dilahirkan pada tahun 80 H dan wafat pada tahun 148 H. Maka, umur Imam Ja’far as-Shodiq adalah 68 tahun. Beliau lahir dan meninggal di Madinah. Imam Ja’far as-Shodiq termasuk generasi tabi’in. Bertemu dengan beberapa sahabat nabi, yaitu Anas bin Malik dan Sahl bin Sa’ad.
Imam Ja’far rahimahullah dijuluki dengan as-Shodiq disebabkan kejujuran beliau dalam hadits, perkataan dan perbuatan. Beliau sangat terkenal tidak pernah berdusta dan justru tidak dikenal melainkan dengan kejujuran. Bahkan, jika disebutkan as-Shodiq maka yang dimaksud adalah Imam Ja’far. Syekhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah pun dalam kitabnya Majmu’ al-Fatawa sering menyebut beliau dengan Ja’far as-Shodiq.
Imam Ja’far as-Shodiq rahimahullah termasuk seorang tabi’in. Beliau mendapati beberapa sahabat, di antaranya adalah Sahl bin Sa’ad as-Sa’idiy radhiallahu anhu dan Anas bin Malik radhiallahu anhu. Adapun guru beliau dari kalangan tabi’in adalah Atha’ bin Abi Robah, Muhammad bin Syihab az-Zuhri, Urqah bin Az-Zubair, Muhammad bin al-Munkadir, Abdullah bin Abi Rofai, Ikrimah mantan budah Abdullah bin Abbas, rahimahumullah dan lain-lain.
Banyak ulama besar dalam Islam yang sempat belajar dan bahkan meriwayatkan ilmu dari Imam Ja’far as-Shodiq rahimahullah. Imam az-Dzahabi rahimahullah dalam kitab Siyar A’lam an-Nubalamenyebutkan di antaranya: Imam Musa al-Khazhim, Imam Yahya bin Sa’id al-Anshari,  Imam Abu Hanifah, Imam Sufyan, Imam Syu’bah, Imam Malik, Imam Sufyan bin Uyainah, dan lain-lain. Ulama-ulama besar tersebut adalah bukti bahwa Imam Ja’far as-Shodiq memiliki kedudukan tinggi dalam pemahaman dan pengamalan agama Islam.
Syekh Abdul Karim Zaidan menjelaskan bahwa Imam Ja’far as-Shodiq adalah seorang imam yang sangat berilmu, ahli fikih, bersikap waro’, bertakwa dan zuhud. Banyak ulama yang mengambil ilmu dan meriwayatkan darinya. (al-Madkhol Li Dirasat al-Syari’ah al-Islamiyyah, hlm. 166)
Para ulama Islam mengakui akan kedudukan agama dan ilmu Imam Ja’far as-Shodiq rahimahullah. Berikut ini beberapa pujian para ulama yang menunjukkan kedudukan Imam Ja’far as-Shodiqrahimahullah:
Imam Ibnu Hibban berkata dalam kitab ats-Tsiqat:
وَكَانَ من سَادَات أهل الْبَيْت فقها وعلما وفضلا
“Beliau termasuk pemimpin dari kalangan ahlul bait dalam masalah fikih, keilmuan dan keutamaan.”
من سَادَات أهل الْبَيْت وَعباد أَتبَاع التَّابِعين وعلماء أهل الْمَدِينَة
“Beliau termasuk pemuka ahlul bait, ahli ibadah kalangan tabi’in dan ulama Madinah.”
Imam Abu Hatim al-Razi berkata dalam kitab al-Jarhu wa at-Ta’dil:
جعفر بن محمد ثقة لا يسأل عن مثله.
“Ja’far bin Muhammad adalah tsiqoh dan tidak perlu dipertanyakan lagi akan kedudukan orang seperti beliau.”
Syekul Islam Ibnu Taimiyyah berkata dalam kitab Minhaj as-Sunnah an-Nabawiyyah:
فإن جعفر بن محمد من أئمة الدين باتفاق أهل السنة
“Sesungguhnya Ja’far bin Muhammad termasuk tokoh agama Islam berdasarkan kesepakatan Ahlussunnah.”
Kemuliaan Imam Ja’far as-Shodiq rahimahullah dan kapasitas keilmuan beliau menjadikannya sebagai seorang ulama yang terpercaya. Sehingga metode memahami hukum Islam dan pendapatnya tentang suatu hukum banyak diikuti oleh ummat Islam. Bahkan, beliau dikategorikan sebagai Imam dan pendiri Mazhab. Oleh karena itu, Mazhab Ja’fari dinisbatkan kepada beliau. Beliau adalah Imam Ahlussunnah dan fikih mazhab-nya pun  tidak menyimpang dari prinsip-prinsip Ahlussunnah. Jika ada pendapat yang berbeda dengan imam empat mazhab Islam lainnya maka perbedaan itu sangat sedikit dibanding persamaannya. Ushul mazhab Ja’fari jelas mengacu kepada al-ur’an, as-Sunnah dan ijma’.
Di sisi yang lain, Mazhab Ja’fari ditunggani kaum Syiah dalam merusak kemurnian ajaran Islam. Syiah Imamiyyah mengklaim bahwa fikih mereka bermazhab Ja’fari. Padahal fikih Syiah Imamiyyah tidak hanya mengacu kepada beliau, tapi kepada seluruh yang dianggap mereka sebagai imam, serta meraka pun tidak mau mengambil pendapat kecuali dari imam-imam mereka.
Dari sinilah, fikih Mazhab Ja’fari mulai terpalsukan oleh ajaran-ajaran kaum Syiah. Kaum Syiah adalah kaum yang ahli dalam berkhianat dan berdusta. Mereka banyak menisbatkan pendapat-pendapat kepada Imam Ja’far as-Shodiq, padahal Imam Ja’far as-Shodiq sama sekali tidak pernah mengatakannya. Bahkan, mereka menisbatkan beberapa kitab kepada Imam Ja’far as-Shodiq yang sama sekali tidak pernah ditulis oleh beliau.
Syekhul Islam Ibnu Taimiyyah dalam kitab Minhajus Sunnah menjelaskan bahwa kedustaan yang dilakukan Syiah Rafidhoh terhadap Ja’far Muhammad as-Shodiq sangat besar. Mereka banyak menisbatkan kitab kepada Imam Ja’far as-Shodiq yang tidak pernah ditulis oleh beliau seperti kitab al-Jafru, al-Bithoqoh, al-Haftu, Ikhtilaj al-A’dho, Jadwal al-Hilal, Ahkam ar-Ru’ud wa al-Buruq, Manafi’ Suwar al-Qur’an, Qira’atul Qur’an Fil-Manam, dan lain-lain. Kitab-kitab tersebut diklaim dikarang oleh Imam Ja’far as-Shodiq padahal kitab tersebut disusun 200 tahun setelah wafatnya Imam Ja’far as-Shodiq, karena Imam Ja’far wafat pada tahun 148 H dan kitab tersebut disusun pada pertengahan abad ke-empat pada masa Daulah al-Ubaidiyyah di Mesir.
Dengan demikian, maka kaum Syiah benar-benar membuktikan sebagai kaum pendusta terbaik, dan memang ajaran-ajaran mereka dibangun di atas kedustaan. Doktrin taqiyyah kaum Syiah telah menjadi gerbang beragam kedustaan dalam beragama.
Dengan demikian, Mazhab Ja’fari yang diklaim kaum Syiah bukanlah Mazhab Ja’fari yang anut metode dan pendapatnya oleh Imam Ja’far as-Shodiq. Sekarang Mazhab Ja’fari telah dikotori oleh akidah dan paham sesat kaum Syiah, dan mereka telah dinyatakan oleh ulama Islam bukan bagian dari agama Islam karena telah menyimpang di banyak prinsip-prinsip Islam. Selain itu, ada juga beberapa catatan terkait mazhab fikih Mazhab Syiah Imamiyyah, di antaranya adalah:
  1. Pendapat imam Syiah wajib ditaati dan diamalkan.
  2. Imam Syiah Ma’sum, yaitu terjaga dari beragam kesalahan.
  3. Pendapat dan riwayat dalam mazhab Syiah Imamiyyah banyak dibangun di atas riwayat palsu dan doktrin taqiyyah.

Kaum Syiah yang kesesatannya sudah di luar batas, terus menerus berupaya menipu ummat Islam melalui pendekatan bahwa Syiah adalah mazhab Islam yang kelima. Syiah Imamiyyah atau Rafidhoh acap kali menggunakan nama Mazhab Ja’fari dalam menebarkan paham sesat mereka. Melalui makar ini, Syiah membuat opini bahwa perbedaan yang terjadi antara Syi’ah dan kaum muslimin hanya terjadi pada masalah ruang lingkup hukum Islam yang bersifat furu’iyah dan ijtihadiyah, sebagaimana perbedaan yang terjadi di antara para imam madzhab yang empat.
Terpalsukannya mazhab Ja’fari bukan berarti kita tidak mengakui keilmuan dan kesholihan Imam Ja’far as-Shodiq. Justru ahlussunnah mengakui kesholihan dan keilmuan Imam Ja’far, serta menerima riwayat beliau jika yang menukil adalah ulama-ulama ahlussunnah yang terpercaya.
Mazhab Ja’fari laksana ajaran Nabi Isa yang terpalsukan oleh para pengikutnya yang sesat padahal Nabi Isa berlepas diri dari mereka. Seperti Uzair yang diklaim sebagai anak Tuhan oleh Yahudi padahal Uzair berlepas diri. Imam Ja’far as-Shodiq pun berlepas diri kaum kaum Syiah Rafidhoh dengan berbagai ajaran sesatnya. Hal ini disebabkan Mazhab Ja’fari ditunggani oleh sebaik-baiknya kaum dalam berdusta dan berkhianat.

Disusun oleh: Abu Mujahidah al-Ghifari, Lc., M.E.I.
Axact

Axact

Vestibulum bibendum felis sit amet dolor auctor molestie. In dignissim eget nibh id dapibus. Fusce et suscipit orci. Aliquam sit amet urna lorem. Duis eu imperdiet nunc, non imperdiet libero.

Post A Comment:

0 comments: